SEORANG peneliti dalam sejarah Palestina menyatakan bahwa situasi Palestina dan Arab saat ini adalah kondisi yang paling tepat untuk pelaksanaan skema Israel mengambil kendali atas seluruh wilayah.
Alaa Abu Dhaheer, koordinator International Youth Exchange Program (Zagel) di Najah National University di Nablus, mengatakan bahwa revolusi dan kontra-revolusi di dunia Arab dan perbedaan internal orang-orang Arab, mendorong pendudukan Israel untuk mempercepat skema untuk membangun kuil di reruntuhan Masjid Al-Aqsha dan mengontrol penuh atas hal itu.
Abu Dhaheer kepada Quds Press menyatakan bahwa pemerintah Israel tidak perlu persetujuan PA untuk mencapai skemanya karena akan menjadi fait accompli.
Sementara itu, juru bicara Hamas Hossam Badran menyerukan kembali pada Otoritas Palestina (PA) dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) untuk menghentikan negosiasi tidak masuk akal mereka dengan otoritas pendudukan Israel.
Badran mengatakan dalam sebuah pernyataan pers pada hari Senin lalu bahwa proses negosiasi telah membuka jalan bagi pendudukan untuk menerapkan skema yahudisasi dan pembagunan pemukiman.
Dia menyerukan PLO mengadopsi kembali opsi rakyat Palestina dengan perlawanan untuk mengembalikan hak-hak sah Palestina dan melaksanakan rekonsiliasi nasional tanpa mengalah pada tekanan asing.
Dia juga menuduh pemerintah Israel mengeksploitasi negosiasi Palestina-Israel dan keasyikan negara-negara Arab dengan krisis internal untuk meningkatkan skema yahudisasi.
Dia mengatakan bahwa masalah internal Arab dan krisis internal tidak harus menyita pikiran orang-orang Arab dengan mengorbankan Palestina dan Yerusalem.
Badran kemudian menyerukan kepada negara-negara Arab untuk memberikan segala bentuk dukungan dan bantuan kepada rakyat Palestina sampai diakhirinya pendudukan Israel.
