BANYAK orang beranggapan bahwa karena Islam tidak menyetujui adanya
peringatan Valentine’s Day, yang jatuh pada 14 Februari setiap tahunnya,
Islam adalah agama yang menentang cinta. Namun pernyataan itu adalah
pernyataan yang salah. Islam bukanlah agama yang menentang cinta,
melainkan ia telah menetapkan prinsip-prinsip mulia untuk mencapai cinta
dan kasih sayang yang sebenarnya.
Pada artikel ini, saya ingin mengupas arti sebuah cinta dari
perspektif ekonomi dimana saya akan menganggap cinta sebagai suatu
komoditi. Dengan demikian, pertambahan nilai atau value added dari sebuah cinta akan menjadi sumber kekuatan ikatan antara dua manusia.
Dalam ilmu perekonomian sering dikenal adanya konsep bahwa nilai
suatu barang akan berkurang jika ia dikonsumsi secara berlebihan. Sama
halnya dengan sesuatu yang sering kita sebut dengan cinta. Semakin kita
memperlakukannya secara berlebihan, semakin berkurang nilai dari sebuah
cinta.
Sekarang marilah kita melihat dua skenario yang berbeda. Dalam
skenario yang pertama, seseorang berkomitmen dengan seseorang yang mana
sebelumnya keduanya tidak pernah memiliki hubungan apapun dengan orang
lain. Sedangkan dalam skenario yang kedua, seseorang pernah menjalin
hubungan cinta dengan seseorang dan kini sedang menjalin hubungan dengan
seseorang yang berbeda.
Jika Anda menganggap bahwa kedua kasus di atas adalah sama, maka Anda
benar karena kedua manusia di atas sama-sama memiliki perasaan cinta.
Namun kebenaran Anda tidaklah seutuhnya karena salah satu kisah cinta di
atas lebih bernilai dari yang lainnya. Mengapa?
Ingatkah Anda ketika di masa kanak-kanak dahulu saat anda benar-benar
menginginkan sebuah mainan? Di saat Anda berhasil mendapatkan mainan
tersebut untuk pertama kalinya, Anda akan merasakan kebahagiaan yang
belum pernah Anda rasakan sebelumnya. Namun semakin Anda sering bermain
dengan mainan tersebut semakin hilang perasaan bahagia itu. Di lain
waktu ketika Anda mendapatkan mainan yang mirip Anda tidak akan
merasakan kebahagiaan yang sama saat Anda mendapatkannya untuk pertama
kalinya.
Marilah kita pikirkan sejenak hal ini. Itu adalah bagian dari sifat
manusia, bukan? Iya, dan sama halnya ketika seseorang memiliki hubungan
dengan seseorang, mereka akan berbagi perasaan, waktu, hadiah, dan
sebagainya. Pertama kali seseorang melakukan hal-hal ini, ia tidak akan
pernah melupakannya.
Karena di saat pertama kali seseorang melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan sebelumnya, nilai atau value
dari perbuatan tersebut masih dalam keadaan utuh. Namun, jika seseorang
telah memiliki hubungan berkali-kali, dalam arti bahwa mereka putus
dengan seseorang kemudian menjalin hubungan dengan yang lainnya, mereka
secara tidak sadar akan mengurangi value of the next relationship dengan melakukannya berulang kali.
So what? Seperti yang saya jelaskan di atas, value adalah komoditi penting untuk membangun kekuatan hubungan antara dua manusia. Jika value
sudah berkurang, dan hubungan menjadi lemah, hubungan tersebut
kemungkinan akan gagal ketika berhadapan dengan ujian atau cobaan.
Namun ketika seseorang mencoba untuk berkomitmen pada seseorang dan
berinvestasi untuk membangun hubungan yang berjangka panjang
(pernikahan), ia bukannya mengurangi value dari hubungan
tersebut melainkan value tersebut akan justru semakin bertambah, yang
berarti bahwa hubungan cinta akan semakin kuat dan bermakna.
Jadi apa hubungannya konsep ini dengan Islam dan hari Valentine? Pada
hari Valentine biasanya orang akan melakukan berbagai macam hal untuk
“membuktikan” rasa cinta mereka terhadap seseorang yang mereka cintai.
Mereka akan saling bertukar kartu ucapan, mengirim bunga, atau cokelat
meskipun mereka tidak dalam hubungan yang sah (pernikahan).
Hal ini jika dilakukan secara berulang kali lama kelamaan akan mengurangi nilai atau value
dari perbuatan tersebut apalagi ketika Anda melakukannya dengan
seseorang yang anda ingin nikahi, sehingga melemahkan kemampuan
seseorang untuk membangun ikatan yang kuat di masa depan. Alhasil, hal
ini akan membawa kepada pondasi keluarga yang lemah.
Dalam Islam, keluarga merupakan pondasi penting berdirinya sebuah
masyarakat dan negara. Jika keluarga berada dalam keadaan yang lemah,
maka negara pun akan berada dalam keadaan lemah.
Keluarga dapat menjadi lemah melalui banyak cara. Salah satu cara
tersebut adalah ketika anggota keluarga dengan mudah berkelahi atas
isu-isu kecil. Islam menuntut manusia untuk melindungi keluarga dari hal
ini. Karena Islam memahami sifat dasar manusia, ia memberikan penekanan
besar terhadap pembangunan hubungan kekeluargaan yang kuat dan
menghiasinya dengan cinta dengan tujuan untuk membangun masyarakat yang
mulia.
Dalih yang disajikan dalam artikel ini mungkin memiliki banyak
kekurangan karena saya menulisnya sendiri. Dan argumen ini sama sekali
tidak ada bandingannya dengan dalih-dalih para Ulama yang menggunakan
ayat dan hadits sebagai landasan argumen mereka.
Islam dan Ekonomi Percintaan
HOT VIRAL
-
Biodata Lengkap Endi Arfian Nama Lengkap : Arfiandi Eka Putra Nama Lain : Endi Arfian Tanggal Lahir : 22 Mei 2001 Tempat Lahir: Jakarta, Ind...
-
Ada yang luput dari perhatian kita di tengah gencarnya berita tentang terorisme akhir-akhir ini. Beberapa hari lalu (4/12), sekelompok o...
-
Apa itu syiah dan siapa itu mereka Syiah adalah aliran sempalan dalam Islam dan Syiah merupakan salah satu dari sekian banyak aliran-aliran ...
-
DuniaB1ntang- David merupakan salah satu personil band Noah, yang walaupun baru menjadi anggota sejak 2006 ia pun memiliki banyak karya. t...
-
Niat Mandi Wajib Dan Tata Caranya terkadang kita menyepelehakan permasalahan yang satu ini mengenai Mandi wajib atau janabah, atau junub...