Islam di Granada kota Spanyol: Benteng Terakhir itu Bernama Granada
Setelah
invasi kaum Kristen, Al-Hamra mengalami penelantaran dan hampir menjadi
puing-puing tak berbekas jika tak dikunjungi oleh seorang penulis
terkenal Amerika, Irving.
Kota Granada menjadi terkenal ketika kaum Arab (disebut bangsa Moor oleh
orang Barat) memilih daerah itu untuk menjadi lokasi perdagangan di
awal abad ke-13. Segera setelah itu, sebuah kompleks benteng, dengan
nama Qalat Al-Hamra (Benteng Merah), dibangun di atas plato tinggi
untuk memberikan pemandangan kota yang indah bagi emir Moor, serta
lokasi yang tepat untuk mempertahankan diri dari para penyerang.
Awalnya, sebagai sebuah tempat perlindungan ketika Granada dikepung,
tembok-tembok tinggi Al-Hamra pada akhirnya menjadi sebuah benteng,
memagari pasar kecil dan beberapa istana indah. Perkembangan
selanjutnya, “istana” ini kemudian dirancang untuk mencerminkan
keindahan surga. Al-Hamra pun akhirnya menjadi kompleks yang terdiri
atas taman-taman, air mancur, sungai kecil, istana, dan sebuah masjid,
semuanya di dalam tembok yang dikelilingi 13 menara raksasa di
titik-titik strategis.
Kiblat Pelajar Dunia
Sejarah mencatat, Granada adalah salah satu pusat ilmu pengetahuan di
masa kejayaan Islam. Granada menjadi tempat paling diburu oleh para
pelajar di seluruh dunia.
Granada terletak di selatan kota Madrid, ibu kota Spanyol sekarang.
Granada memiliki keindahan yang amat mengagumkan. Itu sebabnya, nama
“Granada” diambil dari nama keindahan (granada artinya “kecantikan” dan “keindahan”).
Kawasan ini terbentang di sekitar Laut Mediterranian dari selatan dan
berada di sekitar Sungai Syanil. Tempat yang enak dipandang mata,
karena berada di ketinggian 669 meter dari atas laut. Konon, inilah
rahasia keindahan dan kecantikan Granada.
Setelah Islam memasuki Spanyol lewat Andalusia, tempat ini menjadi
salah satu pusat ilmu pengetahuan Islam yang agung dan tergolong dalam
kawasan lainnya yang tak kalah menarik dan bersejarah setelah
Andalusia, Cordova, Balansiah, Bahrit, Ichiliah, Tolaitalah, dan yang
lainnya. Granada juga termasyhur sebagai kiblat yang menjadi tumpuan
harapan para pelajar yang datang dari segenap kawasan yang berada di
sekitar Granada, baik kaum muslimin maupun non-muslim. Pusat pengkajian
yang termasyhur di Granada adalah Al-Yusufiah dan An-Nashriyyah.
Di sini juga telah terahir banyak ilmuwan muslim yang terkenal. Di
antaranya Abu Al-Qasim Al-Majrithi, sebagai pencetus kebangkitan
astronomi Andalusia pada tahun 398 Hijriyyah atau sekitar tahun 1008
Masehi. Ia telah memberikan dasar bagi salah satu pusat pengkajian ilmu
matematika.
Selain Abu Al-Qasim, juga masih ada sejumlah ilmuwan dan ulama
terkenal, di antaranya Al-Imam Asy-Syathibi, Lisanuddin Al-Khatib,
As-Sarqasti, Ibnu Zamrak, Muhammad Ibnu Ar-Riqah, Abu Yahya Ibnu Ridwan,
Abu Abdullah Al-Fahham, Ibnu As-Sarah, Yahya Ibnu Al-Huzail At-Tajibi,
As-Shaqurmi, Ibnu Zuhri. Di kalangan wanita, tercatat nama-nama seperti
Hafsah binti Al-Haj, Hamdunah binti Ziad, dan saudaranya, Zainab.
Setelah kekuasaan keturunan Bani Ahmar menetap di Granada dan
sekitarnya di Timur Laut, dekat dengan kedudukan Al-Hamra, pada tempat
yang begitu strategis, mereka membangun salah satu istana yang terkenal
dengan nama “Istana Al-Hamra”.
Al-Hamra juga menjadi nama salah satu kota yang sederhana saat berada
dalam kekuasaan Badis bin Habus, lalu dia menjadikan kota Al-Hamra
sebagai pusat pemerintahannya. Ia membangun sebuah benteng yang besar di
sekitar bukit yang tinggi, yang kemudian terkenal dengan nama “Benteng
Granada”.
Dalam waktu yang cukup lama, Granada menjadi sebuah kota yang tidak
dapat dikalahkan. Karena dimakan umur, bangunan benteng kemudian
berubah warna menjadi merah, dan di kawasan inilah Istana Al-Hamra
dibangun (Al-Hamra artinya “Istana Merah”).
April Mop
Dalam budaya masyarakat Barat, ada satu hari yang dikenal dengan
istilah “April Mop”. Sebenarnya, April Mop terkait dengan tragedi dalam
sejarah Islam di Granada. Hari itu merupakan perayaan hari kemenangan
atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara salib yang
dilakukan lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, April Mop “dirayakan”
dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan
dalih sekadar hiburan atau keisengan.
Biasanya orang akan menjawab bahwa April Mop, yang hanya berlaku
pada tanggal 1 April, adalah hari di mana kita boleh dan sah-sah saja
menipu teman, orangtua, saudara, atau lainnya, dan sang target tidak
boleh marah atau emosi ketika sadar bahwa dirinya telah menjadi sasaran
April Mop. Biasanya sang target, jika sudah sadar kena April Mop, akan
tertawa, atau mengumpat sebal, tentu saja bukan marah sungguhan.
Walaupun belum sepopuler perayaan tahun baru atau Valentine’s Day,
budaya April Mop dalam dua dekade terakhir memperlihatkan
kecenderungan yang makin akrab di masyarakat perkotaan kita. Terutama
di kalangan anak muda. Bukan mustahil pula, ke depan juga akan meluas ke
masyarakat yang tinggal di pedesaan. Ironisnya, masyarakat dengan
mudah meniru kebudayaan Barat ini tanpa mengkritisinya terlebih
dahulu, apakah budaya itu baik atau tidak, bermanfaat atau sebaliknya.
Perayaan April Mop berawal dari suatu tragedi besar yang sangat
menyedihkan dan memilukan? April Mop, atau The April’s Fool Day,
berawal dari satu episode sejarah muslim Spanyol di tahun 1487 M, atau
bertepatan dengan 892 H.
Sejak dibebaskan Islam pada abad ke-8 M oleh Panglima Thariq bin
Ziyad, Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur.
Pasukan Islam tidak saja berhenti di Spanyol, namun terus melakukan
pembebasan di negeri-negeri sekitar menuju Prancis. Prancis Selatan
dengan mudah dibebaskan. Kota Carcassone, Nimes, Bordeaux, Lyon,
Poitou, Tours, dan sebagainya jatuh. Walaupun sangat kuat, pasukan Islam
masih memberikan toleransi kepada suku Goth dan Navaro di daerah
sebelah barat yang berupa pegunungan. Islam telah menerangi Spanyol.
Karena sikap para penguasa Islam yang begitu baik dan rendah hati,
banyak orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk
Islam. Muslim Spanyol bukan saja beragama Islam, namun sungguh-sungguh
mempraktekkan kehidupan secara Islami. Tidak saja membaca Al-Qur’an,
namun bertingkah laku berdasarkan Al-Qur’an. Mereka selalu berkata
“tidak” untuk musik, bir, pergaulan bebas, dan segala hal yang
dilarang Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam
abad lamanya.
Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol
terus berupaya membersihkan Spanyol dari Islam, namun selalu gagal. Maka
dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam
Spanyol.
Akhirnya mereka menemukan cara untuk menaklukkan Islam, yakni dengan
pertama-tama melemahkan iman mereka melalui jalan serangan pemikiran
dan budaya. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih
suka bernyanyi dan menari daripada membaca Al-Qur’an. Mereka juga
mengirimkan sejumlah ulama palsu untuk meniup-niupkan perpecahan ke
dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan upaya ini membuahkan
hasil.
Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai pasukan salib. Penyerangan
oleh pasukan salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal
perikemanusiaan. Tidak hanya pasukan Islam yang dibantai, tetapi juga
penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua. Satu per satu
daerah di Spanyol jatuh.
Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk
Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam
rumah untuk menyelamatkan diri, namun tentara-tentara salib terus
mengejar mereka. Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan
ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara
salib mengetahui bahwa banyak muslim Granada yang masih bersembunyi di
rumah-rumah. Dengan lantang tentara salib itu meneriakkan pengumuman
bahwa para muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan
diperbolehkan berlayar keluar Spanyol dengan membawa barang-barang
keperluan mereka.
Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Namun beberapa di
antara orang muslim diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal
penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar
melihat ada kapal yang sudah disediakan, mereka pun segera bersiap
untuk meninggalkan Granada dan berlayar meninggalkan Spanyol.
Keesokan harinya, ribuan penduduk muslim Granada keluar dari
rumah-rumah mereka dengan membawa seluruh barang keperluan, beriringan
berjalan menuju ke pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak
mempercayai pasukan salib memilih bertahan dan terus bersembunyi di
rumah-rumah mereka.
Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan
cepat tentara salib menggeledah rumah-rumah yang telah ditinggalkan
penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika mereka
membakari rumah-rumah tersebut bersama dengan orang-orang Islam yang
masih bertahan di dalamnya.
Sedang ribuan umat Islam yang pergi menuju pelabuhan pun tertahan di
sana, karena tentara salib juga membakar kapal-kapal yang dikatakan
akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan
cepat tenggelam. Ribuan umat Islam itu tidak bisa berbuat apa-apa,
karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri
dari para wanita dengan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedang para
tentara salib telah mengepung mereka dengan pedang terhunus.
Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara salib segera
membantai umat Islam Spanyol, tanpa rasa belas kasihan. Jerit tangis
dan takbir membahana. Seluruh muslim Spanyol di pelabuhan itu habis
dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana, di darat dan di
lautan. Laut yang biru berubah menjadi merah kehitam-hitaman.
Tragedi ini bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah yang kemudian
diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai April
Mop, The April’s Fool Day. Pada tanggal 1 April, orang-orang
diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain.
Dalam sejarahnya, bagi umat Kristiani, April Mop merupakan hari
kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara salib
lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan April Mop
dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan
dalih sekadar hiburan atau keisengan belaka. Namun dalam perkembangannya
kini, unsur historis mungkin tidak lagi dominan, yang lebih kuat adalah
hiburan atau keisengan dengan cara penipuan atau kebohongan, tentu
tidak sungguh-sungguh.
Sedang bagi umat Islam, dengan melihat sejarahnya, April Mop tentu
merupakan perayaan akan tragedi yang sangat menyedihkan. Hari ketika
ribuan saudara-saudara kita dibantai oleh tentara salib di Granada,
Spanyol. Sebab itu, sangatlah tidak pantas jika ada orang Islam yang
ikut-ikutan merayakan tradisi ini. Sekali lagi dengan melihat
sejarahnya, siapa pun orang Islam yang turut merayakan April Mop
sesungguhnya tengah merayakan ulang tahun pembunuhan massal ribuan
saudara-saudaranya di Granada, Spanyol, lima abad silam.
Istana Al-Hamra
Al-Hamra adalah warisan yang membanggakan bagi kebudayaan Arab di Spanyol serta keahlian pembangun muslim, Yahudi, dan Kristen.
Nama “Al-Hamra” berasal dari warna merah tanah liat yang digali untuk
membuat tembok-temboknya. Sebuah penjelasan yang lebih puitis datang
dari para cendekiawan muslim yang mengatakan bahwa pembangunan benteng
Al-Hamra dilakukan dengan cahaya obor, yang kemudian memberikan warna
merah pada tembok-tembok itu.
Dimulai pada tahun 1238 oleh penguasa muslim, Muhammad Al-Ahmar,
pembangunan kompleks Al-Hamra diselesaikan oleh anak laki-lakinya,
Muhammad II. Generasi penerus para pemimpin muslim terus memperluas
bangunan yang telah ada dan menambahkan beberapa bangunan baru.
Selesai dibangun menjelang akhir kekuasaan muslim oleh Yusuf I
(1333-1353) dan Muhammad Sultan (1353-1391), beberapa bangunan terakhir
yang dibangun di Al-Hamra mencerminkan kebudayaan Emirat Nasrid.
Lingkungan itu juga menjadi tempat mengungsi para seniman dan
intelektual ketika Kristen Spanyol bergerak masuk ke kawasan tersebut.
Pada tahun 1527, ketika Andalusia jatuh ke tangan penjajah, kaum
muslim akhirnya terpaksa meninggalkan lahan seluas 142.000 meter persegi
itu.
Setelah invasi kaum Kristen, Al-Hamra mengalami penelantaran dan
hampir menjadi puing-puing tak berbekas jika tak dikunjungi oleh
seorang penulis terkenal Amerika.
Pada tahun 1829, saat mengelilingi Eropa, novelis Washington Irving – paling dikenal dengan horor klasiknya, The Legend of Sleepy Hollow – mengunjungi Al-Hamra dan terinspirasi untuk menulis satu koleksi kisah petualangan romantis yang berjudul Tales of the Al-Hamra.
Dalam suratnya yang dikirim ke seorang teman, Irving menuliskan bahwa
Al-Hamra adalah kota yang paling indah, berlokasi di lanskap yang paling
cantik yang pernah ia lihat.
Pujian Irving terhadap Al-Hamra dan sukses besar bukunya mengubah
Granada dan sekitarnya menjadi kota yang paling sering dikunjungi di
Eropa. Aliran uang dari wisatawan juga memfasilitasi perbaikan
bangunan-bangunan, menara, lapangan, kolam ikan, dan taman-taman
Al-Hamra.
Sekarang, Al-Hamra menjadi pameran arsitektur, desain lanskap, dan
desain interior Islam, dan merupakan salah satu daya tarik wisatawan
yang terkenal.
IY
Home »
Alam »
Asitektur »
edukasi »
Islam »
SEJARAH »
Islam di Granada kota Spanyol: Benteng Terakhir itu Bernama Granada
Islam di Granada kota Spanyol: Benteng Terakhir itu Bernama Granada
HOT VIRAL
-
Allahu Akbar... Allahu Akbar.... Allahu Akbar Maha Suci Allah zat yang Maha Agung. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain ALLA...
-
KEHIDUPAN MANUSIA PURBA BERBURU DAN MENGUMPULKAN MAKANAN 1. Lingkungan Alam Kehidupan Kehidupan masyarakat berburu dan mengu...
-
Jika disinggung kondisi medis aneh, Anda mungkin akan memikirkan sindrom Tourette atau albinisme. Tetapi, ternyata ada juga beberapa kondis...
-
Sail Away adalah instalasi skala besar yang terdiri dari ratusan perahu kecil yang terbuat dari uang kertas, tiket dan peta dari seluru...
-
hari ini saya ingin berbagi 2013 Pagi Lucu Salam Romantis Untuk Teman dan pacar Membuat Anda ingin memberikan kepada Morning Salam sahaba...